Penderitaan secara tidak langsung akan dialami oleh semua orang dan sudah menjadi "resiko" hidup. Penderitaan itu bertingkat-tingkat, ada yang bertaraf berat dan ada juga yang ringan. Kualitas, posisi, dan peranan manusia itu sendiri yang menentukan taraf/intensitas penderitaan. Perderitaan itu bersifat relatif. Kenapa? Karena suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Atau penderitaan itu sendiri dapat dijadikan suatu pendorong atau energi bagi yang merasakan suatu penderitaan untuk bangkit bagi seseorang, atau sebuah tahapan awal baginya untuk menuju kenikmatan dan kebahagiaan.
Berdasarkan sebab timbulnya penderitaan, dibagi sebagai berikut:
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Salah satu tragedi yang menjadi penderitaan mereka yang mengalaminya bahkan seluru bangsa Indoneia adalah Tsunami aceh. 26 Desember 2004 seorang wanita bernama Umi Kalsum sedang sibuk menanam bunga di Desa Alu Naga, Kabupaten Aceh Besar. Perempuan yang tengah larut menggeluti hobinya itu tiba-tiba dikagetkan oleh guncangan gempa dengan episentrum di lepas pesisir barat Sumatera, Indonesia, tepatnya di bujur 3.316° N 95.854° E, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer.
Kala itu, sekitar pukul 07.58 WIB, gempa berkekuatan 9,1 skala Richter (SR) menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Beberapa menit kemudian, gelombang tsunami menerjang.
Umi langsung bergegas lari. Sang anak sempat memintanya untuk tidak lari, tapi wanita yang saat itu berumur 48 tahun memilih berlari mengajak cucunya.
Baru beberapa meter berlari, tubuh Umi dan cucuknya terhempas ombak tsunami. "Kami sudah teraduk-aduk dalam air, sesaat sempat saya lihat cucu saya dalam air, saya coba raih tapi tidak dapat, yang ada tangan saya kesangkut di pagar, ini hampir putus," cerita Umi.
Umi Kalsum pun hilang kesadarannya karena terombang-ambing gelombang pekat tsunami. Tapi tiba-tiba ada ular yang mendekat dan melilitnya. "Saya sadar pertama sudah di jembatan ini (Jembatan Kajhu), ya subhanallah mulut ular itu di depan mata saya, tubuh saya itu dililitnya," ujar Umi Kalsum dalam bahasa Aceh.
Si ular terus membawanya mendekat ke relawan. Tiga pemuda dari PMI kemudian menjemputnya dan melepaskan lilitan ular dari tubuhnya. "Sempat saya bilang sama anak itu, pas ditarik saya, nak ada ular, tidak apa-apa katanya dia nggak ganggu kita," cerita nenek yang juga kehilangan 30 sanak saudaranya saat tsunami menghantam desanya.
Tsunami yang puncak tertingginya mencapai 30 m atau sekitar 98 kaki ini dilaporkan telah mengakibatkan lebih dari 230.000 orang tewas dari 14 negara dan menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai. Ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling besar, diikuti Sri Lanka, India, dan Thailand.
Gempa terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan memiliki durasi terlama sepanjang sejarah sekitar 8,3 sampai 10 menit ini juga mengakibatkan seluruh planet Bumi bergetar 1 cm dan menciptakan beberapa gempa lainnya sampai wilayah Alaska.
Penderitaan yang dialami masyarakat dan pemerintah korban bencana membuat seluruh dunia bersimpati dan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Secara keseluruhan, masyarakat dunia menyumbangkan lebih dari US$ 14 miliar untuk bantuan kemanusiaan.
Kini sejumlah kawasan Aceh yang terkena dampak gempa dan tsunami 10 tahun silam telah pulih. Bangunan pemerintah dan perumahan kembali dibangun. Aktivitas warga kembali normal. Diharapkan dengan adanya sistem peringatan dini tsunami German Indonesian Tsunami Early Warning System (GITEWS), bencana yang berakhir tragis ini bisa diantisipasi.
Penderitaan adalah
bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Dan perjuangan merupakan
usaha manusia untuk keluar dari penderitaan. Setiap manusia pasti
mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah
bagian kehidupan manusia, karena itu terserah kepada manusia itu sendiri
untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan
menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah mahluk
berbudaya dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang
mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik
bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau
mengamati penderitaan.
Refrensi :
http://news.liputan6.com/read/2152437/26-12-2004-saat-gelombang-tsunami-menggulung-aceh
http://robertusbeny.blogspot.com/2012/01/ilmu-budaya-dasar-manusia-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar